Minggu, 20 Mei 2012

Gangguan Somatoform



1.    Gangguan Somatisasi (DSM III)
a)    Gangguan somatis yang dikeluhkan secara berulang-ulang dan macam-macam keluhan yang membutuhkan perhatian medis
b)   Secara medis tidak ada bukti
c)    Gangguan terjadi mulai umur 25 tahun
d)   Keluhan : sakit kepala, kelelahan, sakit di dada, perut, saluran kencing, mau muntah/mual/pingsan.
e)    Prevelensi wanita lebih banyak daripada pria.
“Sick Role” (modus operan untuk mendapatkan perhatian) → wanita lebih banyak mengalami somatisasi dibanding pria
·      Butuh perhatian
·      Konstruk budaya : double burder. Konflik peran yang dialami : nurut, nrimo; tidak boleh complain, hanya bisa menangis.
·      Biologis : pengaruh hormonal
f)    Secara memikat dapat menunjukkan keluhannya
g)   Dapat meyakinkan dokter atas keluhannya
h)   Ada unsur “secondary gain”.

     Dinamika Psikologis
   Kepribadian tertentu (premorbit; rapuh) → stressor (sumber stress) → coping maladaptif → defence mechanism → tidak efektif (proses ketidak sadaran) → keluhan-keluhan fisik → ketidakmampuan mengatasi stress → “secondary gain” (+).
v  Primary Gain : stressor, coping maladaptif, defence mechanism.

      Menurut DSM IV Gejala-gejala yang muncul harus meliputi :
     Sejarah munculnya berbagai keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun dan muncul selama beberapa tahun. Keluhan tersebut mengakibatkan usaha untuk mencari perawatan atau gangguan dalam interaksi sosial, pekerjaan, atau fungsi dalam bidang lain yang penting. Masing-masing dari kriteria dibawah ini harus terpenuhi, dengan simtom individu muncul pada beberapa waktu selama terjadinya gangguan :
      (1)   Empat simtom nyeri pada lokasi yang berbeda, misalnya kepala, pundak, lutut, kaki 
      (2)   Dua simtom gastrointestinal, misalnya diare, mual
(3)   Satu simtom seksual yang berbeda dari rasa sakit atau nyeri, misalnya  ketidakmampuan ereksi
      (4)   Satu simtom pseudoneurologis seperti pada gangguan konversi

     Keluhan-keluhan
·           Kardiovaskuler : berdebar-debar, tengkuk pegal, dan darah tinggi
·           Gastro-intestinal (sistem pencernaan) : ulu hati sakit, perut sakit, kembung, diare kronis
·           Tractus-respiratorius (sistem pernapasan) : sesak nafas
·           Muskulo-skeletal (otot dan tulang) : encok/rematik, pegel-pegel, sakit kepala, kejang
·           Dermis (kulit) : gatal-gatal, eksim
·           Endokrin : banyak keringat, sering gugup, gangguan haid
·          Tractus Urogenital (sistem kemih dan alat kelamin) : mengompol, impoten, nafsu seks berkurang/bertambah

2.    Psikosomatis
      Dinamika Psikologis
     Kondisi fisiknya dengan imunitas → stressor → appraisal (penilaian; interpretasi, pola pikir) (-) → coping maladptif → reaksi psikofisiologis → gangguan fisiologis yang nyata → perilaku maladptif ketidak mampuan mengatasi stress yang dihadapi → “secondary gain” (+).
v  Primary Gain : stressor, appraisal (-), coping maladptif.

      Perbedaan antara somatisasi dan psikosomatis
      Somatisasi
·           Timbul masalah, kemudian timbul keluhan/gejala fisik
·           Tidak ada penyakitnya; penyakit dibuat-buat; tidak dapat dijelaskan
·           Keluhan fisik yang dilakukan secara berulang-ulang
·           Secara medis tidak terbukti → ada keluhan–keluhan fisik muncul beberapa tahun
·           Menunggu interaksi sosial, pekerjaan/fungsi dalam bidang lain
     Psikosomatis
·           Keluhan fisik yang sebelumnya telah dimiliki kemudian baru timbul masalah
·           Ada penyakitnya; dapat diriwayatkan (dijelaskan)

3.    Psychogenic Pain
·           Keluhan yang muncul biasanya pada punggung dan leher
·           Diiringi atau dicetuskan dengan oleh perubahan yang meyakinkan dalam hubungan sosial
·           Individu tidak menyadari ada hubungan antara sakitnya dengan stres
·           Ada kecenderungan menolak dan mengingkari sebab-sebab psikologis
·           Tidak mudah ditreatment secara psikologis

4.    Hypochondriasis (DSM IV)
·           Keluhan hampir sama dengan Psychogenic Pain
·           Ada kecenderungan salah menafsirkan perasaan-perasaan dan sensasi tentang fisiknya yang normal sebagai indikasi penyakit fisik yang berat
·           Keluhannya pada setiap bagian tubuh biasanya pada perut dan jantung
·           Pasien selalu datang ke dokter, meskipun dokter tidak mampu melakukan pengobatan → Doctor’s Shopping
·           Prognosis jelek → tidak bisa menerima feedback/sedikit memungkinkan sembuh
·           Untuk sembuh sangat sulit karena adanya Negative Style (mis. ngeyel)
·           Pasien dengan Hipokondri sangat pandai berperan sebagai orang sakit dengan tujuan untuk : mendapatkan sakit, mendapatkan perhatian, dan diterima kegagalannya

           5.    Body Dysmorphic Disorder
·           Preokupasi (ketidak sempurnaan) dengan kecacatan tubuh yang tidak nyata (misalnya hidung yang dirasakan kurang mancung, kulit yang dirasakan kurang putih)
·           Perempuan lebih memfokuskan pada bagian kulit, dada, paha, dan kaki sedangkan laki-laki lebih memfokuskan pada tinggi badan, ukuran alat vital, atau rambut tubuh
·           Prevalensi perempuan lebih banyak daripada laki-laki
·           Onset biasanya terjadi pada usia 15-20 tahun
      
           6.    Konversi → hysteria
·           Mengalami anesthesia, yaitu kelumpuhan sebagian/seluruhnya pada bagian kaki, tangan, gangguan koordinasi/kejang
·           Tunnel vision : lapangan pandangan terbatas
·           Aphonia : kehilangan suara
·           Anosmia (kehilangan atau hendaya dalam kemampuan penciuman)
·           Gangguan dengan munculnya satu/beberapa simtom neurologis
·           Tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan medis

    Asesmen
·      Wawancara → Data demografi klien, Riwayat Keluhan Klien
·      Observasi → penampilan klien saat datang ke terapis, komunikasi verbal (intonasi suara, volume suara), komunikasi non-verbal
·      Tes Psikologis → Tes Kepribadian (Grafis, Ro, TAT-CAT), skala stres dan depresi, dll.

   Interversi Psikologis
   Persiapan Intervensi :
·      menyampaikan langkah-langkah terapi yang akan diberikan, misalnya konseling sebagai langkah awal
·      Menjelaskan jenis tritmen yang akan diberikan dan berapa kali tritmen dilakukan
·      Mempersiapkan sarana prasarana yang diperlukan
   Jenis intervensi yang dapat dilakukan :
1. Konseling
     Khusus untuk psikosomatis, konseling diarahkan tentang pengaturan pola makan, olahraga, kepatuhan minum obat, problem psikologisnya
2.  Psikoterapi, misalnya relaksasi dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan klien dan penguasaan terapisnya
3. Pemberian pekerjaan rumah untuk memperlancar proses terapi, contohnya self-monitoring, mempratekkan relaksasi, bibliotherapy, terapi musik, terapi psiko-religius, dll.
Depersonalisasi ≠ Derealisasi
  v  Depersonalisasi (merasa bagian tubuh terlepas)
v  Derealisasi (lingkungan yang tidak dikenali; lingkungan yang tidak sama/berbeda)
   Sumber :
   Bahan ajar Dosen Psikologi Abnormal, Zarina Akbar dan buku catatan penulis, Ruhyaningtias

Tidak ada komentar:

Posting Komentar