1.
Gangguan
Somatisasi (DSM III)
a) Gangguan
somatis yang dikeluhkan secara berulang-ulang dan macam-macam keluhan yang
membutuhkan perhatian medis
b) Secara
medis tidak ada bukti
c) Gangguan
terjadi mulai umur 25 tahun
d) Keluhan
: sakit kepala, kelelahan, sakit di dada, perut, saluran kencing, mau
muntah/mual/pingsan.
e) Prevelensi
wanita lebih banyak daripada pria.
“Sick Role” (modus
operan untuk mendapatkan perhatian) → wanita lebih banyak mengalami somatisasi
dibanding pria
· Butuh
perhatian
· Konstruk
budaya : double burder. Konflik peran yang dialami : nurut, nrimo; tidak boleh complain, hanya bisa menangis.
· Biologis
: pengaruh hormonal
f) Secara
memikat dapat menunjukkan keluhannya
g) Dapat
meyakinkan dokter atas keluhannya
h) Ada
unsur “secondary gain”.
Dinamika
Psikologis
Kepribadian tertentu (premorbit;
rapuh) → stressor (sumber stress) → coping maladaptif → defence mechanism →
tidak efektif (proses ketidak sadaran) → keluhan-keluhan fisik → ketidakmampuan
mengatasi stress → “secondary gain” (+).
v Primary
Gain : stressor, coping maladaptif, defence mechanism.
Menurut
DSM IV Gejala-gejala yang muncul harus meliputi :
Sejarah
munculnya berbagai keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun dan muncul
selama beberapa tahun. Keluhan tersebut mengakibatkan usaha untuk mencari
perawatan atau gangguan dalam interaksi sosial, pekerjaan, atau fungsi dalam
bidang lain yang penting. Masing-masing dari kriteria dibawah ini harus
terpenuhi, dengan simtom individu muncul pada beberapa waktu selama terjadinya
gangguan :
(1) Empat simtom nyeri pada lokasi yang berbeda,
misalnya kepala, pundak, lutut, kaki
(2) Dua simtom gastrointestinal, misalnya diare,
mual
(3)
Satu simtom seksual yang berbeda dari
rasa sakit atau nyeri, misalnya ketidakmampuan
ereksi
(4) Satu simtom pseudoneurologis seperti pada
gangguan konversi
Keluhan-keluhan
·
Kardiovaskuler : berdebar-debar, tengkuk
pegal, dan darah tinggi
·
Gastro-intestinal (sistem pencernaan) :
ulu hati sakit, perut sakit, kembung, diare kronis
·
Tractus-respiratorius (sistem
pernapasan) : sesak nafas
·
Muskulo-skeletal (otot dan tulang) :
encok/rematik, pegel-pegel, sakit kepala, kejang
·
Dermis (kulit) : gatal-gatal, eksim
·
Endokrin : banyak keringat, sering
gugup, gangguan haid
· Tractus Urogenital (sistem kemih dan alat
kelamin) : mengompol, impoten, nafsu seks berkurang/bertambah
Dinamika Psikologis
Kondisi fisiknya
dengan imunitas → stressor → appraisal (penilaian; interpretasi, pola pikir)
(-) → coping maladptif → reaksi psikofisiologis → gangguan fisiologis yang
nyata → perilaku maladptif ketidak mampuan mengatasi stress yang dihadapi →
“secondary gain” (+).
v Primary
Gain : stressor, appraisal (-), coping maladptif.
Perbedaan
antara somatisasi dan psikosomatis
Somatisasi
·
Timbul masalah, kemudian timbul
keluhan/gejala fisik
·
Tidak ada penyakitnya; penyakit
dibuat-buat; tidak dapat dijelaskan
·
Keluhan fisik yang dilakukan secara
berulang-ulang
·
Secara medis tidak terbukti → ada
keluhan–keluhan fisik muncul beberapa tahun
·
Menunggu interaksi sosial, pekerjaan/fungsi
dalam bidang lain
Psikosomatis
·
Keluhan fisik yang sebelumnya telah
dimiliki kemudian baru timbul masalah
·
Ada penyakitnya; dapat diriwayatkan
(dijelaskan)
3. Psychogenic Pain
·
Keluhan yang muncul biasanya pada
punggung dan leher
·
Diiringi atau dicetuskan dengan oleh
perubahan yang meyakinkan dalam hubungan sosial
·
Individu tidak menyadari ada hubungan
antara sakitnya dengan stres
·
Ada kecenderungan menolak dan
mengingkari sebab-sebab psikologis
·
Tidak mudah ditreatment secara
psikologis
4. Hypochondriasis (DSM IV)
·
Keluhan hampir sama dengan Psychogenic
Pain
·
Ada kecenderungan salah menafsirkan
perasaan-perasaan dan sensasi tentang fisiknya yang normal sebagai indikasi
penyakit fisik yang berat
·
Keluhannya pada setiap bagian tubuh
biasanya pada perut dan jantung
·
Pasien selalu datang ke dokter, meskipun
dokter tidak mampu melakukan pengobatan → Doctor’s Shopping
·
Prognosis jelek → tidak bisa menerima
feedback/sedikit memungkinkan sembuh
·
Untuk sembuh sangat sulit karena adanya
Negative Style (mis. ngeyel)
·
Pasien dengan Hipokondri sangat pandai
berperan sebagai orang sakit dengan tujuan untuk : mendapatkan sakit,
mendapatkan perhatian, dan diterima kegagalannya
5. Body
Dysmorphic Disorder
·
Preokupasi (ketidak sempurnaan) dengan
kecacatan tubuh yang tidak nyata (misalnya hidung yang dirasakan kurang
mancung, kulit yang dirasakan kurang putih)
·
Perempuan lebih memfokuskan pada bagian
kulit, dada, paha, dan kaki sedangkan laki-laki lebih memfokuskan pada tinggi
badan, ukuran alat vital, atau rambut tubuh
·
Prevalensi perempuan lebih banyak
daripada laki-laki
·
Onset biasanya terjadi pada usia 15-20
tahun
6.
Konversi
→ hysteria
·
Mengalami anesthesia, yaitu kelumpuhan
sebagian/seluruhnya pada bagian kaki, tangan, gangguan koordinasi/kejang
·
Tunnel vision : lapangan pandangan
terbatas
·
Aphonia : kehilangan suara
·
Anosmia (kehilangan atau hendaya dalam
kemampuan penciuman)
·
Gangguan dengan munculnya satu/beberapa
simtom neurologis
·
Tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan
medis
Asesmen
·
Wawancara → Data demografi klien,
Riwayat Keluhan Klien
·
Observasi → penampilan klien saat datang
ke terapis, komunikasi verbal (intonasi suara, volume suara), komunikasi
non-verbal
·
Tes Psikologis → Tes Kepribadian
(Grafis, Ro, TAT-CAT), skala stres dan depresi, dll.
Interversi
Psikologis
Persiapan
Intervensi :
·
menyampaikan langkah-langkah terapi yang
akan diberikan, misalnya konseling sebagai langkah awal
·
Menjelaskan jenis tritmen yang akan
diberikan dan berapa kali tritmen dilakukan
·
Mempersiapkan sarana prasarana yang
diperlukan
Jenis intervensi yang dapat
dilakukan :
1.
Konseling
Khusus untuk psikosomatis, konseling
diarahkan tentang pengaturan pola makan, olahraga, kepatuhan minum obat,
problem psikologisnya
2. Psikoterapi, misalnya relaksasi dan lain-lain sesuai
dengan kebutuhan klien dan penguasaan terapisnya
3.
Pemberian pekerjaan rumah untuk memperlancar proses terapi, contohnya
self-monitoring, mempratekkan relaksasi, bibliotherapy, terapi musik, terapi
psiko-religius, dll.
Depersonalisasi ≠ Derealisasi
v Depersonalisasi
(merasa bagian tubuh terlepas)
v Derealisasi
(lingkungan yang tidak dikenali; lingkungan yang tidak sama/berbeda)
Sumber
:
Bahan ajar Dosen
Psikologi Abnormal, Zarina Akbar dan buku catatan penulis, Ruhyaningtias
Tidak ada komentar:
Posting Komentar