Senin, 21 Mei 2012

Gangguan Kepribadian (Personality Disorders)


1.        Ditentukan oleh kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan :
·       Peraturan Masyarakat
·       Harapan-Harapan Masyarakat
2.        Gangguan kepribadian BUKAN karena Stres, akan tetapi bermula dari perkembangan pola kepribadian yang tidak masak dan gangguan penyesuaian diri.
3.        Ciri-Ciri Klinis Gangguan Kepribadian :
·      Hubungan pribadi yang retak → hubungan yang tidak baik dengan orang lain, selalu mengakhirinya dengan konflik, tidak bisa menjalin persahabatan
·      Berlangsung lama → mengganggu orang lain ; polanya tetap dan berjangka waktu lama
·      Ada dan sering berhubungan serta mempunyai dampak negatif manifest dalam perilaku (misalnya kecanduan, merusak dan kriminal
·      Ada pola-pola khusus seperti keras kepala, curiga, dan tertutup
·      Memberi kesan ingin periksa pada ahli akan tetapi tidak ingin sembuh
·      Merasa normal.
4.        Jenis-jenis Gangguan Kepribadian
DSM IV membagi Gangguan Kepribadian menjadi 3 kelompok yaitu :
a.       Kelompok A, terdiri dari :
·      Gangguan Kepribadian Paranoid
·      Gangguan Kepribadian Skizoid
·      Gangguan Kepribadian Skizotipal
→ Orang dengan gangguan ini seringkali tampak aneh dan eksentrik.
b.      Kelompok B, terdiri dari :
·      Gangguan Kepribadian Antisosial
·      Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline)
·      Gangguan Kepribadian Histrionik
·      Gangguan Kepribadian Narsistik
→Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu.
c.       Kelompok C, terdiri dari :
·      Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidance)
·      Gangguan Kepribadian Dependen
·      Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif
·      Gangguan Kepribadian Yang Tidak Ditentukan
→Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan.

Gangguan Kepribadian Paranoid
Ciri-cirinya adalah individu mempunyai pribadi yang kaku, curiga, cemburu, iri, hipersensitif, mudah marah, cenderung menyalahkan orang lain, kesepian dalam persahabatan, dan rasa humornya rendah.

Gangguan Kepribadian Skizoid
Ciri-cirinya adalah adanya “Social Withdrawl”, suka menyendiri, diam dan tak ramah, sulit mengekspresikan kemarahan.

Gangguan Kepribadian Skizotipal
Ciri-cirinya individu kadang menunjukkan ciri seperti “Simple Skizofrenia”. Individu merasa dapat “tembus pandang”, komunikasi dan cara berpikir mengalami hambatan.

Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidance)
·           selalu menghindari penolakan dan penghinaan orang lain, sehingga malas berhubungan dengan orang lain
·           merasa sendirian, rendah diri, dan distres, serta hubungan dengan orang lain negatif
·           kriteria diagnosis yaitu perpaduan dari 2 kategori yaitu Skizoid dan Dependen.
Gangguan Kepribadian Dependen
·           Ada ketergantungan yang ekstrem, ada kegelisahan
·           Perilakunya normal jika tidak dituntut untuk melakukan sendirian (ingin selalu ditemani).
Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif
·           Ada perhatian yang berlebihan terhadap aturan, perintah, dan efisiensi
·           Perilakunya hati-hati, patuh, dan kaku
·           Ada pikiran-pikiran yang selalu muncul dan diwujudkan dalam tindakan dan individu tidak dapat mengontrolnya.
Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif
Cirinya adalah mengekspresikan sikap permusuhan secara tidak langsung.
Gangguan Kepribadian Histrionik
·           Ciri-ciri khususnya : tidak masak, kegembiraan yang berlebihan, emosi yang tidak stabil, harapan tinggi, penyesuaian seksual rendah, perasaan tidak mampu, dan pikiran dangkal
·           Keluhan fisik dalam rangka mencari perhatian dan jika gagal perasaannya sangat peka dan marah yang meledak-ledak. Contoh : anak PUNK, remaja yang memakai anting-anting di lidah.
Gangguan Kepribadian Narsistik
·           Ada ketergantungan, rasa rendah diri, menghindari hubungan yang dalam, sulit mencintai, sering menekan orang lain
·           Gangguan ini lebih banyak dialami oleh laki-laki.
Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline)
Gejalanya meliputi gangguan afeksi, secara tiba-tiba keluar dari realita (Skizofrenia), mengalami delusi, ilusi, pikiran aneh, tingkah lakunya sering impulsif, pikiran kosong, bosan, mudah frustasi, serta merusak diri.
Sumber :
Bahan ajar Dosen Psikologi Abnormal, Zarina Akbar.

Minggu, 20 Mei 2012

Skizofrenia


Skizofrenia berasal dari  kata Schizein dan Phrenia. Schizen, yaitu pecah, retak, terbagi, terpisah dan Phrenia, yaitu jiwa. Secara umum skizofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas (Reality Testing Ability) dengan baik dan pemahaman diri (Self-Insight).
1.    RTA (Reality Testing Ability) jelek
  •  Perilakunya anaeh/kacau (bizarre)
  •    Persepsinya salah : delusi (keyakinan/kepercayaan palsu), halusinasi (kesalahan persepsi)
  •    Proses berpikir terganggu
  •    Alam perasaan yang terganggu
2.    Insight buruk : pemahaman/tilikan terhadap keadaan dirinya.
3.    Afek : emosi yang diekspresikan; tidak sesuai dengan apa yang dirasakan
→ afek tumpul/datar : intensitas.

Jenis-jenis Gangguan Skizofrenia
1.        Skizofrenia Hebefrenik
·      Respon emosional tidak sesuai dan disertai dengan tingkah laku yang aneh. Contoh : tertawa terbahak-bahak tanpa alasan.
·          Pasien menunjukkan reaksi secara berlebihan; meringis/menyeringai.
·          Bersifat kekanak-kanakan.
2.        Skizofrenia Paranoid
·          Adanya waham kejar/persekusi : merasa selalu diikuti; dikejar
     Manfestasi : tegang, curiga berlebihan terhadap orang lain, hati-hati banget, tidak ramah, menunjukkan permusuhan/agresif.
3.        Skizofrenia Katatonik
Gangguan nyata pada fungsi motorik (stupor)
4.        Skizofrenia Residual
Memiliki riwayat skizofrenia sebelumnya
5.        Skizofrenia tipe tak tergolongkan

Tiga Fase Skizofrenia
1.        Fase Prodomal
             ·         Adanya deteriorisasi (pengurangan) yang jelas dari taraf berfungsi penyesuaian sebelumnya
             ·         Penarikan diri dari kehidupan sosial
             ·         Hendaya dalam fungsi peran
             ·         Tingkah laku aneh (bizarre)
             ·         Hendaya dalam higiene diri dengan berpakaian
             ·         Gangguan berkomunikasi
·         Ide-ide yang mirip waham ; mempunyai minat yang berlebihan pada gagasan abstrak.
2.        Fase aktif
3.        Fase residual.

Sumber :
Buku catatan penulis, Ruhyaningtias 

Gangguan Somatoform



1.    Gangguan Somatisasi (DSM III)
a)    Gangguan somatis yang dikeluhkan secara berulang-ulang dan macam-macam keluhan yang membutuhkan perhatian medis
b)   Secara medis tidak ada bukti
c)    Gangguan terjadi mulai umur 25 tahun
d)   Keluhan : sakit kepala, kelelahan, sakit di dada, perut, saluran kencing, mau muntah/mual/pingsan.
e)    Prevelensi wanita lebih banyak daripada pria.
“Sick Role” (modus operan untuk mendapatkan perhatian) → wanita lebih banyak mengalami somatisasi dibanding pria
·      Butuh perhatian
·      Konstruk budaya : double burder. Konflik peran yang dialami : nurut, nrimo; tidak boleh complain, hanya bisa menangis.
·      Biologis : pengaruh hormonal
f)    Secara memikat dapat menunjukkan keluhannya
g)   Dapat meyakinkan dokter atas keluhannya
h)   Ada unsur “secondary gain”.

     Dinamika Psikologis
   Kepribadian tertentu (premorbit; rapuh) → stressor (sumber stress) → coping maladaptif → defence mechanism → tidak efektif (proses ketidak sadaran) → keluhan-keluhan fisik → ketidakmampuan mengatasi stress → “secondary gain” (+).
v  Primary Gain : stressor, coping maladaptif, defence mechanism.

      Menurut DSM IV Gejala-gejala yang muncul harus meliputi :
     Sejarah munculnya berbagai keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun dan muncul selama beberapa tahun. Keluhan tersebut mengakibatkan usaha untuk mencari perawatan atau gangguan dalam interaksi sosial, pekerjaan, atau fungsi dalam bidang lain yang penting. Masing-masing dari kriteria dibawah ini harus terpenuhi, dengan simtom individu muncul pada beberapa waktu selama terjadinya gangguan :
      (1)   Empat simtom nyeri pada lokasi yang berbeda, misalnya kepala, pundak, lutut, kaki 
      (2)   Dua simtom gastrointestinal, misalnya diare, mual
(3)   Satu simtom seksual yang berbeda dari rasa sakit atau nyeri, misalnya  ketidakmampuan ereksi
      (4)   Satu simtom pseudoneurologis seperti pada gangguan konversi

     Keluhan-keluhan
·           Kardiovaskuler : berdebar-debar, tengkuk pegal, dan darah tinggi
·           Gastro-intestinal (sistem pencernaan) : ulu hati sakit, perut sakit, kembung, diare kronis
·           Tractus-respiratorius (sistem pernapasan) : sesak nafas
·           Muskulo-skeletal (otot dan tulang) : encok/rematik, pegel-pegel, sakit kepala, kejang
·           Dermis (kulit) : gatal-gatal, eksim
·           Endokrin : banyak keringat, sering gugup, gangguan haid
·          Tractus Urogenital (sistem kemih dan alat kelamin) : mengompol, impoten, nafsu seks berkurang/bertambah

2.    Psikosomatis
      Dinamika Psikologis
     Kondisi fisiknya dengan imunitas → stressor → appraisal (penilaian; interpretasi, pola pikir) (-) → coping maladptif → reaksi psikofisiologis → gangguan fisiologis yang nyata → perilaku maladptif ketidak mampuan mengatasi stress yang dihadapi → “secondary gain” (+).
v  Primary Gain : stressor, appraisal (-), coping maladptif.

      Perbedaan antara somatisasi dan psikosomatis
      Somatisasi
·           Timbul masalah, kemudian timbul keluhan/gejala fisik
·           Tidak ada penyakitnya; penyakit dibuat-buat; tidak dapat dijelaskan
·           Keluhan fisik yang dilakukan secara berulang-ulang
·           Secara medis tidak terbukti → ada keluhan–keluhan fisik muncul beberapa tahun
·           Menunggu interaksi sosial, pekerjaan/fungsi dalam bidang lain
     Psikosomatis
·           Keluhan fisik yang sebelumnya telah dimiliki kemudian baru timbul masalah
·           Ada penyakitnya; dapat diriwayatkan (dijelaskan)

3.    Psychogenic Pain
·           Keluhan yang muncul biasanya pada punggung dan leher
·           Diiringi atau dicetuskan dengan oleh perubahan yang meyakinkan dalam hubungan sosial
·           Individu tidak menyadari ada hubungan antara sakitnya dengan stres
·           Ada kecenderungan menolak dan mengingkari sebab-sebab psikologis
·           Tidak mudah ditreatment secara psikologis

4.    Hypochondriasis (DSM IV)
·           Keluhan hampir sama dengan Psychogenic Pain
·           Ada kecenderungan salah menafsirkan perasaan-perasaan dan sensasi tentang fisiknya yang normal sebagai indikasi penyakit fisik yang berat
·           Keluhannya pada setiap bagian tubuh biasanya pada perut dan jantung
·           Pasien selalu datang ke dokter, meskipun dokter tidak mampu melakukan pengobatan → Doctor’s Shopping
·           Prognosis jelek → tidak bisa menerima feedback/sedikit memungkinkan sembuh
·           Untuk sembuh sangat sulit karena adanya Negative Style (mis. ngeyel)
·           Pasien dengan Hipokondri sangat pandai berperan sebagai orang sakit dengan tujuan untuk : mendapatkan sakit, mendapatkan perhatian, dan diterima kegagalannya

           5.    Body Dysmorphic Disorder
·           Preokupasi (ketidak sempurnaan) dengan kecacatan tubuh yang tidak nyata (misalnya hidung yang dirasakan kurang mancung, kulit yang dirasakan kurang putih)
·           Perempuan lebih memfokuskan pada bagian kulit, dada, paha, dan kaki sedangkan laki-laki lebih memfokuskan pada tinggi badan, ukuran alat vital, atau rambut tubuh
·           Prevalensi perempuan lebih banyak daripada laki-laki
·           Onset biasanya terjadi pada usia 15-20 tahun
      
           6.    Konversi → hysteria
·           Mengalami anesthesia, yaitu kelumpuhan sebagian/seluruhnya pada bagian kaki, tangan, gangguan koordinasi/kejang
·           Tunnel vision : lapangan pandangan terbatas
·           Aphonia : kehilangan suara
·           Anosmia (kehilangan atau hendaya dalam kemampuan penciuman)
·           Gangguan dengan munculnya satu/beberapa simtom neurologis
·           Tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan medis

    Asesmen
·      Wawancara → Data demografi klien, Riwayat Keluhan Klien
·      Observasi → penampilan klien saat datang ke terapis, komunikasi verbal (intonasi suara, volume suara), komunikasi non-verbal
·      Tes Psikologis → Tes Kepribadian (Grafis, Ro, TAT-CAT), skala stres dan depresi, dll.

   Interversi Psikologis
   Persiapan Intervensi :
·      menyampaikan langkah-langkah terapi yang akan diberikan, misalnya konseling sebagai langkah awal
·      Menjelaskan jenis tritmen yang akan diberikan dan berapa kali tritmen dilakukan
·      Mempersiapkan sarana prasarana yang diperlukan
   Jenis intervensi yang dapat dilakukan :
1. Konseling
     Khusus untuk psikosomatis, konseling diarahkan tentang pengaturan pola makan, olahraga, kepatuhan minum obat, problem psikologisnya
2.  Psikoterapi, misalnya relaksasi dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan klien dan penguasaan terapisnya
3. Pemberian pekerjaan rumah untuk memperlancar proses terapi, contohnya self-monitoring, mempratekkan relaksasi, bibliotherapy, terapi musik, terapi psiko-religius, dll.
Depersonalisasi ≠ Derealisasi
  v  Depersonalisasi (merasa bagian tubuh terlepas)
v  Derealisasi (lingkungan yang tidak dikenali; lingkungan yang tidak sama/berbeda)
   Sumber :
   Bahan ajar Dosen Psikologi Abnormal, Zarina Akbar dan buku catatan penulis, Ruhyaningtias