Kamis, 10 Mei 2012

Anders Behring Breivik




Norwegia, sebuah negara anti-kekerasan yang rutin menggelar penganugerahan Nobel Perdamaian Dunia seolah runtuh. Bom berkekuatan besar meledak di pusat pemerintahan di Oslo, Jumat 22 Juli 2011. Dua jam usai ledakan, tragedi berlanjut dengan aksi mengebom Kantor Perdana Menteri Norwegia di Oslo dan kemudian menembaki remaja dari organisasi pemuda Partai Buruh secara brutal yang sedang berkemah di Pulau Utoeya, 45 km dari Oslo. Korban total 76 orang, sebagian besar remaja dan sebagian anak-anak. Semula orang, mengira kejadian tanggal 21 Juli 2011 ini adalah perbuatan Al-Qaeda lagi, pascakematian Osama bin Laden. Ternyata dugaan ini salah. Pelakunya adalah Anders Behring Breivik, pemuda 32 tahun, penganut Kristen Radikal, yang menyerah begitu saja, tanpa perlawanan, ketika polisi akhirnya menyerbu Pulau Utoeya untuk menangkapnya.
Lebih mengherankan lagi, Breivik praktis bekerja sendirian. Ia anak diplomat, bukan dari keluarga miskin (di Norwegia, sepanjang yang pernah saya lihat, tidak ada orang miskin). Ibunya perawat. Tapi Anders tidak dekat dengan ayahnya, malah pernah dua tahun tidak saling bicara.
Breivik besar di jalanan, gabung dengan anak-anak hip hop, ngecet-ngecet dinding (graviti), dan membenci geng anak-anak Turki, Somalia, dan Pakistan, yang sesama anak jalanan (anak-anak yang keliaran di jalan-jalan, bukan menggelandang di jalan). Sejak umur 17, dia sudah bergabung dengan sebuah partai yang menentang imigran.
Ia mempelajari Islam secara otodidak dan makin mendalami Islam, dia makin benci Islam. Dalam bukunya setebal 1.516 halaman yang berjudul 2083: A European Declaration of Independent, Anders menulis, ”…Islamic achievement in the fields of arts, literature, science, medicine, etc. in no way refute that Islam is intrinsically violent”.
Selanjutnya, untuk para anggota parlemen Norwegia dan Eropa yang ikut memperjuangkan Turki untuk masuk Uni Eropa (UE), dia menyarankan agar mereka pergi sendiri ke pedalaman Turki dengan memakai sweater berkalung Salib, ”…and see how long it takes before they are beaten or get murdered. Then he will bear witness himself how ‘tolerant’ Turkish Muslims are” (sumber: NRC.NEXT, Maandag, 25 Juli 2011: 4).
Tapi Breivik juga membenci kaum komunis. Remaja dan anak-anak yang ditembakinya secara membabi buta di Pulau Utoeya adalah anggota-anggota remaja dari Partai Buruh yang dianggapnya komunis, yang kebetulan sedang kemping di sana. Menurut Breivik, Islam dan komunis sama saja.
Dua-duanya bertujuan untuk mengambil alih sistem kemasyarakatan Kristen yang selama ini sudah mapan. Pemerintahlah yang paling bertanggung jawab dengan memberi kesempatan Islam dan komunis masuk Norwegia dan Eropa. Karena itu ia mencanangkan perang birokrasi dan bomnya ditujukan buat Perdana Menteri yang melambangkan birokrasi yang buruk.
Tapi perangnya itu dilakukan sendirian. Dia bekerja serabutan dan pernah berbisnis di bidang teknologi informasi (TI). Bangkrut, tetapi berhasil menyimpan 500.000 euro untuk dibelikannya senjata dan bom. Ia berfoto dengan seragam jenderal dan pasukannya diklaimnya 7.000 orang, yaitu followers-nya di Facebook.
Dari pengalaman para ahli yang meneliti puluhan mantan pelaku terorisme, baik yang narapidana, mantan narapidana maupun yang non-narapidana yang juga memang ada persamaan antara Breivik dan pelaku-pelaku terorisme di Indonesia. Misalnya, menargetkan korban yang banyak, korban adalah orang-orang tak berdosa dan tak ada hubungannya dengan isu yang dipersoalkan, ada tujuan politik atau ideologi di belakangnya dan dilakukan di negeri sendiri.
Breivik melakukannya di Oslo dan Pulau Utoeya, bukan di Turki atau Pakistan, dengan sesama Kristen ikut menjadi korban. Sama seperti teroris Indonesia yang melakukan aksinya di Indonesia, dengan sesama muslim ikut menjadi korban. Tapi dinamika psikososial-politik yang mendasarinya sangat berbeda.
Psikodinamika yang melatarbelakangi perilaku Breivik tidak lazim di kalangan teroris Indonesia, tetapi mirip dengan Imam Samudra. Pemuda ini sejak remaja sudah mendalami Islam secara otodidak juga dan semakin mendalami Islam, ia semakin membenci Kristen.
Ia pun sejak remaja sudah bergabung dengan sebuah organisasi pelajar Islam dan menjadi ketua seprovinsi Banten. Ia keluar dari SMA dan memilih sekolah di madrasah. Sama seperti Breivik yang bermimpi tentang ”revolusi birokrasi”, Imam Samudra juga bercita-cita untuk membuat revolusi Islam. itu.
Setelah peristiwa tersebut, dunia internasional dan warga Norwegia bertanya-tanya, siapa pelakunya? Anders Behring Breivik, pria 32 tahun berperawakan tinggi, dengan rambut pirang dan mata biru, dituding sebagai biang keladi tragedi kemanusiaan terburuk sejak Perang Dunia II yang melanda negara Skandinavia itu. Tidak banyak keterangan yang bisa digali tentang Anders. Informasi tentang pemuda taat beribadah itu terungkap dalam akun facebooknya. Anders adalah pria yang dikenal sebagai pemeluk Kristen yang taat. Anders menuliskan ketertarikannya pada aspek olah tubuh dan memiliki perasaan yang peka terhadap sesama.
Tak ada yang aneh dari Anders Behring Breivik. Tidak ada catatan perbuatan kriminal yang tertoreh dalam data kepolisian. Pemuda ini pun tak memiliki latar belakang kemiliteran. Anders diperkirakan besar di Oslo dan menempuh jenjang pendidikan di sekolah manajemen Oslo. Kelar menuntaskan pendidikannya, Anders meninggalkan kota dan membangun lahan pertanian milik keluarga. Media elektronik TV2 menyebut, pertanian Anders mengembangkan sayur, umbi dan buah.
”Saat masih kanak-kanak, dia adalah seorang anak laki-laki biasa, tetapi penyendiri. Dia tak tertarik pada politik saat itu,” tutur ayah Anders, Jens Breivik, yang mengaku masih terkejut mengetahui anaknya adalah pelaku pembantaian 76 orang di Norwegia, Jumat pekan lalu.
Jens masih bekerja sebagai diplomat di Kedutaan Besar Norwegia di London, Inggris, saat Anders lahir, 13 Februari 1979. Ibu Anders adalah seorang perawat, yang diceraikan Jens saat Anders berusia 1 tahun. Sejak saat itu, Anders dibesarkan ibunya di Oslo, di tengah lingkungan keluarga kelas menengah. Dalam catatan pribadi yang ia unggah di internet, Anders mengaku tak pernah punya masalah besar atau kesulitan keuangan semasa kanak-kanak.
”Saya beruntung dibesarkan dengan orang-orang cerdas dan bertanggung jawab di sekitar saya,” tutur Anders, yang menyebut kedua orangtuanya adalah pendukung Partai Buruh Norwegia.
Salah satu teman sekolah Anders, Michael Tomala, mengaku kaget melihat Anders saat ini menjadi pembenci imigran dari negara-negara Timur Tengah. ”Salah satu teman baiknya dulu adalah seorang dari Timur Tengah, dan waktu itu mereka terlihat berteman baik sampai lulus SMP,” kenang Tomala.
Anders sendiri mengaku, pandangan hidupnya mulai berubah pada suatu hari di tahun 1991 saat Perang Teluk I berkecamuk di Irak. Anders merasa terganggu saat seorang temannya yang Muslim bersorak gembira saat mendengar laporan pasukan Amerika diserang rudal- rudal Irak.
”Saya masih bodoh dan apolitis waktu itu, tetapi sikapnya yang sama sekali tak menghormati bangsa saya (dan bangsa Barat secara umum) benar-benar memicu minat dan hasrat saya waktu itu,” ujar Anders dalam manifestonya setebal 1.500 halaman.
Rasa tak nyaman dengan satu temannya yang berasal dari latar belakang bangsa dan kultur berbeda itu ia bawa dan pelihara hingga beranjak dewasa. Tahun 1999, Anders menjadi anggota Partai Kemajuan, partai berhaluan kanan yang mengkritik kebijakan Pemerintah Norwegia mengizinkan arus imigran dari negara-negara Timur Tengah.
Saat aktif di partai tersebut, Anders pun tidak menonjol. ”Orang-orang yang mengenal dia semasa masih menjadi anggota organisasi ini mengatakan, dia adalah seorang pemalu yang jarang ikut diskusi,” cetus pernyataan resmi Partai Kemajuan, Sabtu.
Anders pun kemudian keluar dari partai pada tahun 2004-2006 dengan alasan partai tersebut masih terlalu terbuka terhadap ”tuntutan multikultural” dan ”gagasan humanisme yang menghancurkan diri sendiri”.
Meski ia terang-terangan menunjukkan pandangan Islamophobia dan anti-multikulturalisme dalam manifestonya, Anders bersikeras dirinya bukan seorang rasis. Ia juga mengaku tidak suka dengan gerakan Neo-Nazi.
Kini pemuda ini diketahui tak aktif lagi menggunakan media jejaring sosial facebook dan twitter sejak 17 Juli lalu. Dalam status terakhirnya di FB, Anders mengutip kata-kata filsuf John Stuart Mill, "Satu orang dengan kepercayaan sama dengan 100.000 orang yang memiliki ketertarikan". Sejak itulah Anders tak pernah lagi muncul di jejaring sosial dunia maya.

Aksi tunggal?
Berdasar dokumen internet yang kini disita polisi, Breivik diduga merencanakan aksinya sejak 2009. Ia memulainya dengan membangun bisnis pertanian sebagai kedok untuk pembelian bahan peledak. Terbukti pada Mei lalu, ia membeli sekitar 6 ton pupuk yang diduga kuat sebagai bahan baku bom yang meledak di jantung kota Oslo, Jumat lalu.
Jika akses membeli bahan baku bom ia miliki lewat usahanya di bidang pertanian, izin kepemilikan senjata api ia miliki melalui hobinya berburu. Di Norwegia, memiliki senjata api pribadi bukan hal sulit. Pada 1 Januari 2010, sebanyak 439 ribu warga Norwegia tertera di Daftar Pemburu Norwegia. Itu artinya, setiap satu dari 10 warga Norwegia memiliki senjata api. Sebagian besar pemilik memilih senjata semi-otomatis dan senapan bolt-action dengan alasan untuk keperluan berburu.
Sementara kepiawaiannya menembak mungkin ia dapat melalui kegiatannya di organisasi sayap kanan neo-nazi Norwegia. Bersama anggota fanatik organisasi ini, ia aktif berlatih menembak di Oslo Gun Club untuk mempersiapkan perang salib berikutnya yang mereka yakini. Sang pengacara, Geir Lippestad, mengatakan Breivik melakukan pemboman dan penembakan itu seorang diri. Merencanakannya sejak lama, Breivik menganggap kebrutalan yang dilakukannya merupakan suatu keharusan, meskipun sangat mengerikan. "Ia mengaku bertanggung jawab," kata sang pengacara.
Meski Breivik, yang tak memiliki catatan kriminal sebelumnya, mengaku sebagai pelaku tunggal, polisi tetap menelusuri kemungkinan keterlibatan orang lain dalam tragedi ini. "Keterangan para saksi penembakan di pulau Utoeya membuat kami tidak yakin mengenai kepastian jumlah pelaku," kata Kepala Polisi Sveinung Sponheim.
Terlepas dari perdebatan aksi tunggal atau kelompok, tragedi kemanusiaan tersebut menunjukkan wajah terorisme sesungguhnya. Tragedi yang menewaskan lebih 80 korban tewas, dan puluhan korban luka itu, menegaskan bahwa terorisme tak terkait ajaran agama tertentu. Terorisme sebatas paham menebar ketakutan.

Anders Breivik dinyatakan tidak waras
Para ahli mengatakan Breivik mengidap paranoid schizophrenia.
Tim psikiater yang ditunjuk pengadilan di Norwegia menyimpulkan bahwa Anders Behring Breivik, yang membunuh 76 orang Juli lalu, dalam keadaan tidak waras ketika melakukan kejahatan tersebut. Para ahli jiwa mengatakan Breivik mengidap paranoid schizophrenia, yang meyakini ia telah dipilih untuk menyelamatkan rakyat Norwegia. Breivik juga yakin ia berhak untuk menentukan mana yang seharusnya dibiarkan hidup dan mana yang harus mati.
Kesimpulan tim psikiater yang tercantum dalam laporan setebal 243 halaman ini akan diuji oleh satu tim panel organisasi medis Norwegia. Meski dinyatakan tidak sehat secara kejiawaan, ia masih akan menjalani persidangan April tahun depan dalam kasus ledakan bom di Oslo dan penembakan puluhan orang di Pulau Utoeya.
Breivik telah mengakui dakwaan yang dijatuhkan kepadanya namun menegaskan dirinya tidak bersalah.

Rumah sakit jiwa
Breivik mengatakan tindakan yang ia ambil bisa dikatakan kejam namun merasa tindakan tersebut perlu diambil. Namun besar kemungkinan ia akan dikirim ke rumah sakit jiwa, bukan ke penjara, setelah menjalani proses hukum.
Sebelum keterangan resmi mengenai kondisi kejiwaan Breivik diumumkan, pengacaranya mengatakan Breivik tidak boleh dibiarkan bebas.
"Untuk kasus ini, apa pun kesimpulannya, Breivik harus tetap dikurung," kata John Christian Elden, pengacara Breivik. "Jangan biarkan ia bebas di luar," tandasnya.
Pada 22 Juli 2011 Breivik, dengan mengenakan pakaian polisi, meledakkan bom mobil di dekat kantor pemerintah di ibukota Oslo, yang menewaskan delapan orang. Masih dengan seragam tersebut ia menuju Pulau Utoeya, yang menjadi lokasi kemah musim panas organisasi pemuda Partai Buruh yang berkuasa. Di pulau ini Breivik melakukan aksi penembakan selama lebih dari satu jam menewaskan 76 orang.
Dalam manifesto yang ia terbitkan di internet, Breivik mengatakan berjuang untuk membela Eropa dari invasi orang-orang Islam. Invasi Muslim ini, kata Breivik, dimungkinkan oleh kebijakan yang terapkan Partai Buruh di Norwegia dan Uni Eropa.

Sumber :

Hasil Analisis dari kasus ini:
Kedua orangtua Anders sudah bercerai sejak usia Anders 1 tahun. Anders tinggal bersama ibunya yang seorang perawat. Ayahnya seorang Diplomat di Kedutaan Besar Norwegia di london, Inggris. Walaupun ia hanya diasuh oleh ibunya, Anders masih hidup layak. Ia mengakui tidak pernah mempunyai masalah besar atau kesulitan keuangan semasa kanak-kanak. Oleh karena itu ia mengaku sangat beruntung dibesarkan dengan orang-orang cerdas dan bertanggung jawab. Tetapi walaupun begitu ternyata Anders kekurangan kasih sayang dari ayahnya sejak saat itu bahkan Anders tidak pernah menjalin komunikasi selama dua tahun dengan ayahnya itu.

Anders termasuk individu yang introvert. Saat masik kanak-kanak, Anders adalah anak laki-laki yang biasa dan penyendiri. Menurut ayahnya ia tidak tertarik pada dunia politik saat itu tetapi pada tahun 1999 ia pun bergabung dalam Partai Kemajuan, partai berhaluan kanan yang mengkritik kebijakan Pemerintah Norwegia mengizinkan arus imigran dari negara-negara Timur Tengah. Namun saat aktif di partai tersebut, Anders pun tidak menonjol. Orang-orang yang mengenal dia semasa masih menjadi anggota organisasi pun mengatakan, dia adalah seorang pemalu yang jarang ikut diskusi. Kemudian Anders keluar keluar dari partai pada tahun 2004-2006 dengan alasan partai tersebut masih terlalu terbuka terhadap ”tuntutan multikultural” dan ”gagasan humanisme yang menghancurkan diri sendiri”.

Anders juga mengalami sublimasi, yakni kecenderungan menekan  masalah pada media lain. Seperti terhadap media elektronik yang digunakan Anders melalui jaringan sosial didunia maya. Ia selalu mencurahkan keluh kesahnya dan harapan bahkan mengekspresikan dirinya (mis. Berfoto dengan baju tentara dan mengkalim followers adalah prajurit tentaranya) hanya lewat jaringan sosial, seperti twitter maupun facebook.

Anders Behring Breivik mengidap paranoid schizophrenia, dimana individu menaruh kecurigaan sangat besar bahkan juga kebencian dan ketidak nyamanan terhadap seseorang, tidak ramah bahkan menunjukkan permusuhan; agresif. Anders yang menganggap umat Islan adalah kaum komunis. Menurutnya komunis dan Islam itu sama saja. Dua-duanya bertujuan untuk mengambil alih sistem kemasyarakatan Kristen yang selama ini sudah mapan. Pemerintahlah yang paling bertanggung jawab dengan memberi kesempatan Islam dan komunis masuk Norwegia dan Eropa. Karena itu Anders juga pernah mencanangkan perang birokrasi dan bomnya ditujukan untuk Perdana Menteri yang melambangkan birokrasi yang buruk dan juga menembaki para remaja serta anak-anak secara brutal yang sedang berkemah pada musim panas pada Juli 2011 lalu.

Selain itu Anders juga merasa tak nyaman dengan satu temannya yang berasal dari latar belakang bangsa dan kultur berbeda itu yang ia bawa dan pelihara hingga beranjak dewasa. Karena dulunya Anders merasa terganggu saat temannya yang Muslim itu bersorak gembira saat mendengar laporan pasukan Amerika diserang rudal- rudal Irak. Anders merasa sikap temannya itu tidak menghormati bangsanya. Hingga pada tahun 1999, Anders menjadi anggota Partai Kemajuan, partai berhaluan kanan yang mengkritik kebijakan Pemerintah Norwegia mengizinkan arus imigran dari negara-negara Timur Tengah.

Dia juga mengalami waham kebesaran (delusion of grandeur), yaitu disertai dengan adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan, yang tidak adekut, yang tidak dapat dikoreksi. Keyakinan bahwa dirinya termasuk anggota militer yang sebenarnya tidak ada latar belakang kemiliteran. Sampai-sampai ia berfoto dengan seragam jenderal dan pasukannya diklaimnya 7.000 orang, yaitu yang sebenarnya adalah followers-nya di Facebook. Ia juga meyakini ia telah dipilih untuk menyelamatkan rakyat Norwegia. Breivik juga yakin ia berhak untuk menentukan mana yang seharusnya dibiarkan hidup dan mana yang harus mati.

1 komentar:

  1. Artikel ini sangat rasis
    Cobalah membuat analisis sesuai kenyataan, bukan dari sudut kepercayaan anda

    BalasHapus