Jumat, 18 Mei 2012

Analisa Kasus Klien Psikotik


Subjek merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Adik subjek berjenis kelamin perempuan dan memiliki jarak umur 3 tahun dengan subjek. Adik subjek telah bekerja sebagai wiraswasta. Pola asuh orangtua subjek cenderung memanjakan dan selalu memberikan perhatian yang berlebih terhadap subjek. Subjek sangat berbeda dengan adiknya. Adik subjek lebih bersifat mandiri dan tidak pernah dituntun oleh orangtuanya. sejak kecil adik subjek selalu melakukan segala sesuatunya dengan sendiri. Adik subjek juga dinilai lebih aktif terlibatdalam beberapa organisasi di sekolahnya. Subjek sangat menikmati dengan pola asuh yang diterapkan keluarganya tersebut dan sedikit demi sedikit subjek tumbuh menjadi pribadi yang sangat mengharapkan adanya perhatian dari orang lain.
Figur ibu lebih dominan dalam keluarga. Figur ayah dalam persepsi subjek jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya. Ayah subjek hanya akan berbicara seperlunya saja. ayah subjek bekerja di kelurahan daerah tempat tinggalnya. Subjek mencoba menarik perhatian orangtuanya dengan bersikap terbuka dan menceritakan segala masalah yang dialaminya khususnya terhadap figur ibu.
Subjek menempuh pendidikan sekolah dasarnya di SD Tamansari. Subjek selalu mendapatkan nilai yang bagus dibandingkan dengan teman-teman sekelas lainnya. Subjek juga selalu mendapatkan rangking pertama di sekolahnya. Ada tuntutanuntuk terus berprestasi dalam diri subjek.
Subjek melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP dan diterima di SMPN 7 Yogyakarta. Subjek juga mendapatkan nilai yang bagus dan selalu rangking pertama. Subjek kemudian melanjutkan sekolahnya ke SMA Tirtonirmolo yang berada di daerah Bantul. Nilai subjek selama di SMA mulai menurun karena subjek pacaran dan juga mulai merasakan sakit.  
Subjek mulai merasakan sakit sejak tahun 1995 pada waktu subjek kelas 1 SMA . Tanda-tanda awalnya antara lain subjek mengeluhkan merasa pusing, bingung, dan perilaku subjek yang suka mengganti posisi barang-barang yang telah diatur oleh ayahnya. Ketika ujian disekolahnya, subjek merasa sangat bingung sampai-sampai subjek tidak membawa alt tulis apapun dan subjek tidak mengerjakan soal-soal ujian tersebut. Subjek hanya mengambar-gambar di kertas ujiannya. Selain itu juga subjek meminta maaf kepada teman-teman sekelasnya kalau selama ini ada kesalahan yang diperbuatnya. Teman subjek kemudian mengantarkan subjek pulang dan menceritakan kejadian tersebutkepada orangtua subjek. Orangtua subjek kemudian memutuskan membawa subjek untuk periksa ke dokter pertama kalinya. Dokter memberikan obat-obatan yang harus selalu diminum. Subjek juga diperbolehkan oleh dokternya untuk melanjutkan sekolahnya. Subjek selalu naik kelas sampai dengan kelas 3 SMA, meskipun subjek termasuk rangking yang terakhir di kelasnya tetapi nilai-nilai subjek masih di anggap memenuhi sehingga subjek dapat terus naik kelas.
Setelah lulus dari SMA, subjek ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Orangtua subjek menyerahkan sepenuhnya kepada subjek untuk memilih jurusan dan universitas mana yang akan dipilihnya. Subjek pada akhirnya memilih untuk kuliah di STIEKER dan mengambil jurusan ekonomi pembangunan. Subjek mengikuti tes masuk STIEKER dan orangtua subjek berani memberikan sumbangan 1,5 juta dibandingkan dengan orangtua lainnya yang hanya memberikan sumbangan 500 ribu. Berdasarkan pertimbangan hasil tes dan besarnya sumbangan yang diberikan orangtua subjek akhirnya subjek dapat diterima masuk kuliah STIEKER.
Selama waktu kuliah tersebut subjek terkadang mengalami kekambuhan penyakitnya. Subjek juga sering kali mengeluhkan merasa malas untuk kuliah. Obat yang diminum subjek terus menerus membawa pengaruh pada semangat subjek yang cenderung turun naik. Subjek juga seringkali merasa pusing dan bingung. Pada waktu mau ujian semester atau waktu registrasi kadang-kadang subjek suka merasa pusing dan bingung. Ibu subjek selalu mendampingi subjek dalam melakukan kegiatan perkuliahan tersebut, misalnya ibu subjek mendampingi subjek pada proses regristrasi kuliahnya.
Subjek pernah berpacaran dengan anak AAU. Subjek itu termasuk orang yang bersifat mudah bosan. Subjek merupakan primadona di lingkungannya. Subjek mempunyai banyak pacar. Subjek akhirnya bertemu dengan seorang mahasiswa S2 yang kos di sebelah rumahnya. Subjek berpacaran dengan laki-laki tersebut. Keluarga menyarankan agar subjek lebih memilih laki-laki tersebut sebagai calon suaminya dibandingkan dengan pacar-pacarnya yang lain karena laki-laki tersebut dinilai sudah mapan, sudah mempunyai pekerjaan yang bagus, dan juga sudah mau lulus kuliah S2.
Subjek akhirnya menikah pada tahun 2001. Suami subjek menyelesaikan studi S2 nya selama 1 tahun kemudian pada tahun 2002 suami subjek menyelesaikan kuliahnya dan pulang dulu ke Jambi untuk menyelesaikan segala sesuatunya terlebih dahulu. Subjek sementara ditinggal terlebih dahulu bersama dengan orangtuanya. pada pertengahan tahun 2002 subjek dibwa ke Jambi bersama dengan suaminya. Subjek berada di Jambi beberapa bulan dan kembali ke Yogya dalam keadaan hamil. Subjek ingin lebih dekat dengan keluarganya ketika waktu hamil tersebut. Dalam keadaan hamil penyakit subjek kambuh lagi. Subjek kemudian menjalani rawat inap di RSJ Pakem. Subjek mengeluhkan ingin pulang tidak betah berada di Pakem karena dinilai lebih kotor. Subjek akhirnya dibawa pulang karena pertimbangan dalam keadaan hamil sehingga harus lebih dipantau lagi keadaannya.
Suami subjek sudah lama tidak pernah pulang ke Yogya sehingga tidak mengetahui keadaan subjek. Orangtua subjek tidak menceritakan kepada suaminya kalau sekarang  subjek dirawat di RSJ Magelang. Sejak kecil orangtua suami subjek telah meninggal, sehingga kemandirian dalam diri suami subjek telah tertanam begitu kuat. Suami subjek juga menerapkan kemandirian tersebut pada istrinya. Subjek selama ini terbiasa kalau bepergian jauh dimanapun selalu ingin telepon ke rumah menceritakan pengalaman dan menanyakan kabar keluarga. Ketika subjek ingin menelepon keluarganya di Yogya, suami subjek selalu melarangnya dan mengatakan kalau menelepon sebaiknya 1 atau 2 bulan sekali saja atau menelepon kalau ada yang penting-penting saja padahal ada keinginan yang kuat dalam diri subjek untuk menelepon karena rindu sekali dengan keluarganya.
Suami subjek dan subjek memiliki sifat yang berbeda. Suami subjek cenderung bersifat cuek sekali. Suami subjek termasuk orang yang pendiam dan hanya berbicara kalau ada yang penting atau seperlunya saja. ketika subjek kembali ke Yogya dan suami tinggal di Jambi, suami subjek jarang sekali menelepon. Suami subjek hanya datang sebentar ketika subjek melahirkan anaknya dan setelah itu kembali lagi ke Jambi. Subjek suka mengeluhkan suaminya yang jarang sekali menelepon dirinya. Subjek pernah mengeluhkan pada ibu kalau suaminya dinilai suka merendahkan orang lain. Subjek seringkali merasa disepelekan pendapatnya dan semua pengambilan keputusan diambil oleh suaminya. Subjek juga merasa malu dengan tingkat pendidikan yang berbeda dimana subjek hanya S1 belum selesai yang berarti hanya lulusan SMA , sedangkan suami subjek lulusan S2. Suami subjek yang selama ini menentukan apa-apa saja yang mau dibelinya, misalnya setelah membeli sesuatu di supermarket suami subjek langsung pulang saja tanpa menanyakan lebih lanjut apa yang dibutuhkan istrinya. Subjek juga mengeluhkan kadang-kadang suami subjek suka membelikan apa-apa begitu saja tanpa ada pemberitahuan atau komunikasi sebelumnya. Suami subjek jarang berkomunikasi dengan subjek. Subjek juga merasa direndahkan karena setiap kali ada masalah subjek tidak pernah diajak rundingan mengenai masalah tersebut, segala sesuatunya langsung diambil keputusannya oleh suami subjek. Ibu subjek menyarankan agar subjek dapat menerima sifat suaminya tersebut apa adanya dan harus bisa bersikap ngemong suami. Ibu subjek juga menyarankan agar dapat memahami sifat-sifat suaminya karena masing-masing orang mempunyai sifat yang berbeda-beda.
Suami subjek juga dinilai cuek selama ini dengan obat-obatan yang harus diminum oleh subjek. Suami subjek selalu melarang subjek untuk meminum obatnya karena takut subjek akan ketergantungan dan dapat mengganggu fungsi-fungsi tubuh lainnya seperti ginjal dan jantung. Subjek seringkali mengeluhkan merasa bingung harus menuruti siapa antara suaminya atau ibunya dalam hal minum obat. Konflik dengan suami ini semakin membuat subjek merasa tertekan. Perasaan tertekan dan kekecewaan-kekecewaan subjek yang selalu disimpan dalam dirinya sendiri menyebabkan subjek melakukan penyesuaian diri yang salah yang muncul dalam bentuk simtom-simtom gangguan jiwa.
Hasil Analisa Menurut Teori Humanis (Maslow):
Values : tujuan-tujuan dalam dirinya sendiri
Pada diri subjek, tujuan dalam dirinya tidak terpenuhi secara baik. Subjek mengalami kegagalan-kegagalan untuk memuaskan atau mencapai tujuan-tujuan dalam dirinya, seperti pola asuh patogenik dan kurangnya cinta yang di dapatkan dari suaminya. Ini semua menyebabkan sebuah metapatologi.
Metapatologi : perasaan tidak enak subjek, seperti bingung, kecewa, tertekan.
Subjek kurang memiliki potensi positif, dan tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang sempurna dari pengalaman-pengalaman pola asuh patogenik.
1.    Subjek hidup di lingkungan yang tidak memberikan kesempatan, pada masa kecilnya hingga remaja dengan pola asuh patogenik. (dimanjakan) tidak menjadi individu mandiri sampai pada ia menikah, lingkungan dan keluarga barunya tersebut suaminya tidak memberikan kebahagiaan.
2.    Kesulitan menyadari pengalaman
Subjek tidak dapat menerima pengalaman buruk dalam hidupnya. Kekecewaannya dan kebingungan-kebingungan sehingga menimbulkan simtom-simtom abnormal adalah hasil dan ketidakmampuan subjek mengintegrasikan pengalaman-pengalaman dalam hidupnya.
3.     Inkoherensi ideal self dan real self
a.    Ideal self subjek :
·      Menjadi sosok anak yang mandiri
·      Mengharapkan perhatian yang lebih dari keluarga khususnya figur ayah
·      Terus berprestasi dan menjadi yang pertama
·      Berhubungan dan menjalin hubungan dengan lelaki idaman
·      Menjadi istri yang disayang, diperhatikan, dan diberi kepercayaan dengan suaminya
·      Bebas dari semua tuntutan
b.    Real self subjek :
·      Ia menjadi sosok anak yang tidak mandiri
·      Figur ibu yang lebih dominan, dan tidak mendapatkan perhatian dari figur ayah
·      Kemampuan akademiknya menurun
·      Subjek dituntut untuk menjadi paling baik prestasinya oleh orangtuanya
·      Subjek menjadi istri yang tidak diperhatikan oleh suaminya dan tidak diberi kepercayaan dengan suaminya
·      Subjek menjalin hubungan dan menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya
4.  Sejak kecil ia dimanjakan oleh orangtuanya dan dituntut menjadi seorang anak yang berprestasi. Ia tidak mendapatkan cinta yang tulus dari remaja sampai dewasa hingga ia menikah (Unconditioned Positive Regard→cinta bersyarat). Sampai pada akhirnya kondisi tersebut membuat ia menjadi pribadi yang selalu kecewa, khawatir, bingung, dan menghindar. Coping yang ia lakukan tidak efektif, sehingga menimbulkan simtom-simtom abnormal.
5.  Wish fullfillment (pemenuhan harapan yang tidak terjadi).
6. Harapan-harapan dalam dirinya (diperhatikan, dipercaya, disayang dengan tulus).

1 komentar:

  1. Harrah's Ak-Chin Casino & Hotel - Mapyro
    View 수원 출장안마 Harrah's Ak-Chin Casino 안양 출장샵 & Hotel (mapyro) location 삼척 출장마사지 in 충청북도 출장안마 East Chicago, IL and other 대전광역 출장안마 nearby United States.

    BalasHapus