Subjek
merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Adik subjek berjenis kelamin
perempuan dan memiliki jarak umur 3 tahun dengan subjek. Adik subjek telah
bekerja sebagai wiraswasta. Pola asuh orangtua subjek cenderung memanjakan dan
selalu memberikan perhatian yang berlebih terhadap subjek. Subjek sangat
berbeda dengan adiknya. Adik subjek lebih bersifat mandiri dan tidak pernah
dituntun oleh orangtuanya. sejak kecil adik subjek selalu melakukan segala
sesuatunya dengan sendiri. Adik subjek juga dinilai lebih aktif terlibatdalam
beberapa organisasi di sekolahnya. Subjek sangat menikmati dengan pola asuh
yang diterapkan keluarganya tersebut dan sedikit demi sedikit subjek tumbuh
menjadi pribadi yang sangat mengharapkan adanya perhatian dari orang lain.
Figur
ibu lebih dominan dalam keluarga. Figur ayah dalam persepsi subjek jarang
berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya. Ayah subjek hanya akan berbicara
seperlunya saja. ayah subjek bekerja di kelurahan daerah tempat tinggalnya.
Subjek mencoba menarik perhatian orangtuanya dengan bersikap terbuka dan
menceritakan segala masalah yang dialaminya khususnya terhadap figur ibu.
Subjek
menempuh pendidikan sekolah dasarnya di SD Tamansari. Subjek selalu mendapatkan
nilai yang bagus dibandingkan dengan teman-teman sekelas lainnya. Subjek juga
selalu mendapatkan rangking pertama di sekolahnya. Ada tuntutanuntuk terus
berprestasi dalam diri subjek.
Subjek
melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP dan diterima di SMPN 7 Yogyakarta. Subjek
juga mendapatkan nilai yang bagus dan selalu rangking pertama. Subjek kemudian
melanjutkan sekolahnya ke SMA Tirtonirmolo yang berada di daerah Bantul. Nilai
subjek selama di SMA mulai menurun karena subjek pacaran dan juga mulai
merasakan sakit.
Subjek
mulai merasakan sakit sejak tahun 1995 pada waktu subjek kelas 1 SMA .
Tanda-tanda awalnya antara lain subjek mengeluhkan merasa pusing, bingung, dan
perilaku subjek yang suka mengganti posisi barang-barang yang telah diatur oleh
ayahnya. Ketika ujian disekolahnya, subjek merasa sangat bingung sampai-sampai
subjek tidak membawa alt tulis apapun dan subjek tidak mengerjakan soal-soal
ujian tersebut. Subjek hanya mengambar-gambar di kertas ujiannya. Selain itu
juga subjek meminta maaf kepada teman-teman sekelasnya kalau selama ini ada
kesalahan yang diperbuatnya. Teman subjek kemudian mengantarkan subjek pulang
dan menceritakan kejadian tersebutkepada orangtua subjek. Orangtua subjek
kemudian memutuskan membawa subjek untuk periksa ke dokter pertama kalinya.
Dokter memberikan obat-obatan yang harus selalu diminum. Subjek juga
diperbolehkan oleh dokternya untuk melanjutkan sekolahnya. Subjek selalu naik
kelas sampai dengan kelas 3 SMA, meskipun subjek termasuk rangking yang
terakhir di kelasnya tetapi nilai-nilai subjek masih di anggap memenuhi
sehingga subjek dapat terus naik kelas.
Setelah
lulus dari SMA, subjek ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Orangtua
subjek menyerahkan sepenuhnya kepada subjek untuk memilih jurusan dan
universitas mana yang akan dipilihnya. Subjek pada akhirnya memilih untuk
kuliah di STIEKER dan mengambil jurusan ekonomi pembangunan. Subjek mengikuti
tes masuk STIEKER dan orangtua subjek berani memberikan sumbangan 1,5 juta
dibandingkan dengan orangtua lainnya yang hanya memberikan sumbangan 500 ribu.
Berdasarkan pertimbangan hasil tes dan besarnya sumbangan yang diberikan
orangtua subjek akhirnya subjek dapat diterima masuk kuliah STIEKER.
Selama
waktu kuliah tersebut subjek terkadang mengalami kekambuhan penyakitnya. Subjek
juga sering kali mengeluhkan merasa malas untuk kuliah. Obat yang diminum
subjek terus menerus membawa pengaruh pada semangat subjek yang cenderung turun
naik. Subjek juga seringkali merasa pusing dan bingung. Pada waktu mau ujian semester
atau waktu registrasi kadang-kadang subjek suka merasa pusing dan bingung. Ibu
subjek selalu mendampingi subjek dalam melakukan kegiatan perkuliahan tersebut,
misalnya ibu subjek mendampingi subjek pada proses regristrasi kuliahnya.
Subjek
pernah berpacaran dengan anak AAU. Subjek itu termasuk orang yang bersifat
mudah bosan. Subjek merupakan primadona di lingkungannya. Subjek mempunyai
banyak pacar. Subjek akhirnya bertemu dengan seorang mahasiswa S2 yang kos di
sebelah rumahnya. Subjek berpacaran dengan laki-laki tersebut. Keluarga
menyarankan agar subjek lebih memilih laki-laki tersebut sebagai calon suaminya
dibandingkan dengan pacar-pacarnya yang lain karena laki-laki tersebut dinilai
sudah mapan, sudah mempunyai pekerjaan yang bagus, dan juga sudah mau lulus
kuliah S2.
Subjek
akhirnya menikah pada tahun 2001. Suami subjek menyelesaikan studi S2 nya
selama 1 tahun kemudian pada tahun 2002 suami subjek menyelesaikan kuliahnya
dan pulang dulu ke Jambi untuk menyelesaikan segala sesuatunya terlebih dahulu.
Subjek sementara ditinggal terlebih dahulu bersama dengan orangtuanya. pada
pertengahan tahun 2002 subjek dibwa ke Jambi bersama dengan suaminya. Subjek
berada di Jambi beberapa bulan dan kembali ke Yogya dalam keadaan hamil. Subjek
ingin lebih dekat dengan keluarganya ketika waktu hamil tersebut. Dalam keadaan
hamil penyakit subjek kambuh lagi. Subjek kemudian menjalani rawat inap di RSJ
Pakem. Subjek mengeluhkan ingin pulang tidak betah berada di Pakem karena
dinilai lebih kotor. Subjek akhirnya dibawa pulang karena pertimbangan dalam
keadaan hamil sehingga harus lebih dipantau lagi keadaannya.
Suami
subjek sudah lama tidak pernah pulang ke Yogya sehingga tidak mengetahui keadaan
subjek. Orangtua subjek tidak menceritakan kepada suaminya kalau sekarang subjek dirawat di RSJ Magelang. Sejak kecil
orangtua suami subjek telah meninggal, sehingga kemandirian dalam diri suami
subjek telah tertanam begitu kuat. Suami subjek juga menerapkan kemandirian
tersebut pada istrinya. Subjek selama ini terbiasa kalau bepergian jauh
dimanapun selalu ingin telepon ke rumah menceritakan pengalaman dan menanyakan
kabar keluarga. Ketika subjek ingin menelepon keluarganya di Yogya, suami
subjek selalu melarangnya dan mengatakan kalau menelepon sebaiknya 1 atau 2
bulan sekali saja atau menelepon kalau ada yang penting-penting saja padahal
ada keinginan yang kuat dalam diri subjek untuk menelepon karena rindu sekali dengan
keluarganya.
Suami
subjek dan subjek memiliki sifat yang berbeda. Suami subjek cenderung bersifat
cuek sekali. Suami subjek termasuk orang yang pendiam dan hanya berbicara kalau
ada yang penting atau seperlunya saja. ketika subjek kembali ke Yogya dan suami
tinggal di Jambi, suami subjek jarang sekali menelepon. Suami subjek hanya
datang sebentar ketika subjek melahirkan anaknya dan setelah itu kembali lagi
ke Jambi. Subjek suka mengeluhkan suaminya yang jarang sekali menelepon
dirinya. Subjek pernah mengeluhkan pada ibu kalau suaminya dinilai suka
merendahkan orang lain. Subjek seringkali merasa disepelekan pendapatnya dan
semua pengambilan keputusan diambil oleh suaminya. Subjek juga merasa malu
dengan tingkat pendidikan yang berbeda dimana subjek hanya S1 belum selesai
yang berarti hanya lulusan SMA , sedangkan suami subjek lulusan S2. Suami
subjek yang selama ini menentukan apa-apa saja yang mau dibelinya, misalnya
setelah membeli sesuatu di supermarket suami subjek langsung pulang saja tanpa
menanyakan lebih lanjut apa yang dibutuhkan istrinya. Subjek juga mengeluhkan kadang-kadang
suami subjek suka membelikan apa-apa begitu saja tanpa ada pemberitahuan atau
komunikasi sebelumnya. Suami subjek jarang berkomunikasi dengan subjek. Subjek
juga merasa direndahkan karena setiap kali ada masalah subjek tidak pernah
diajak rundingan mengenai masalah tersebut, segala sesuatunya langsung diambil
keputusannya oleh suami subjek. Ibu subjek menyarankan agar subjek dapat
menerima sifat suaminya tersebut apa adanya dan harus bisa bersikap ngemong suami. Ibu subjek juga
menyarankan agar dapat memahami sifat-sifat suaminya karena masing-masing orang
mempunyai sifat yang berbeda-beda.
Suami
subjek juga dinilai cuek selama ini dengan obat-obatan yang harus diminum oleh
subjek. Suami subjek selalu melarang subjek untuk meminum obatnya karena takut
subjek akan ketergantungan dan dapat mengganggu fungsi-fungsi tubuh lainnya
seperti ginjal dan jantung. Subjek seringkali mengeluhkan merasa bingung harus
menuruti siapa antara suaminya atau ibunya dalam hal minum obat. Konflik dengan
suami ini semakin membuat subjek merasa tertekan. Perasaan tertekan dan
kekecewaan-kekecewaan subjek yang selalu disimpan dalam dirinya sendiri
menyebabkan subjek melakukan penyesuaian diri yang salah yang muncul dalam
bentuk simtom-simtom gangguan jiwa.
Hasil Analisa Menurut Teori Humanis
(Maslow):
Values
: tujuan-tujuan dalam dirinya sendiri
Pada
diri subjek, tujuan dalam dirinya tidak terpenuhi secara baik. Subjek mengalami
kegagalan-kegagalan untuk memuaskan atau mencapai tujuan-tujuan dalam dirinya,
seperti pola asuh patogenik dan kurangnya cinta yang di dapatkan dari suaminya.
Ini semua menyebabkan sebuah metapatologi.
Metapatologi
: perasaan tidak enak subjek, seperti bingung, kecewa, tertekan.
Subjek
kurang memiliki potensi positif, dan tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang
sempurna dari pengalaman-pengalaman pola asuh patogenik.
1. Subjek
hidup di lingkungan yang tidak memberikan kesempatan, pada masa kecilnya hingga
remaja dengan pola asuh patogenik. (dimanjakan) tidak menjadi individu mandiri
sampai pada ia menikah, lingkungan dan keluarga barunya tersebut suaminya tidak
memberikan kebahagiaan.
2. Kesulitan
menyadari pengalaman
Subjek tidak dapat
menerima pengalaman buruk dalam hidupnya. Kekecewaannya dan kebingungan-kebingungan
sehingga menimbulkan simtom-simtom abnormal adalah hasil dan ketidakmampuan
subjek mengintegrasikan pengalaman-pengalaman dalam hidupnya.
3. Inkoherensi ideal self
dan real self
a. Ideal self subjek :
· Menjadi
sosok anak yang mandiri
· Mengharapkan
perhatian yang lebih dari keluarga khususnya figur ayah
· Terus
berprestasi dan menjadi yang pertama
· Berhubungan
dan menjalin hubungan dengan lelaki idaman
· Menjadi
istri yang disayang, diperhatikan, dan diberi kepercayaan dengan suaminya
· Bebas
dari semua tuntutan
b. Real self subjek :
· Ia
menjadi sosok anak yang tidak mandiri
· Figur
ibu yang lebih dominan, dan tidak mendapatkan perhatian dari figur ayah
· Kemampuan
akademiknya menurun
· Subjek
dituntut untuk menjadi paling baik prestasinya oleh orangtuanya
· Subjek
menjadi istri yang tidak diperhatikan oleh suaminya dan tidak diberi
kepercayaan dengan suaminya
· Subjek
menjalin hubungan dan menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya
4. Sejak
kecil ia dimanjakan oleh orangtuanya dan dituntut menjadi seorang anak yang
berprestasi. Ia tidak mendapatkan cinta yang tulus dari remaja sampai dewasa
hingga ia menikah (Unconditioned Positive Regard→cinta bersyarat). Sampai pada
akhirnya kondisi tersebut membuat ia menjadi pribadi yang selalu kecewa,
khawatir, bingung, dan menghindar. Coping yang ia lakukan tidak efektif,
sehingga menimbulkan simtom-simtom abnormal.
5. Wish
fullfillment (pemenuhan harapan yang tidak terjadi).
6. Harapan-harapan dalam
dirinya (diperhatikan, dipercaya, disayang dengan tulus).
Harrah's Ak-Chin Casino & Hotel - Mapyro
BalasHapusView 수원 출장안마 Harrah's Ak-Chin Casino 안양 출장샵 & Hotel (mapyro) location 삼척 출장마사지 in 충청북도 출장안마 East Chicago, IL and other 대전광역 출장안마 nearby United States.