Judul:
PANIC DISORDER AND GENERALIZES
ANXIETY DISORDER
Case history
Ms
X adalah seorang wanita 37 tahun yang telah menikah dan memiliki dua anak, usia
15 dan 10 tahun. Dia teridentifikasi mengalami kepanikan yang parah semenjak
dirinya mengalami keguguran lima tahun yang lalu. Dia takut akan mengalami
serangan jantung atau bahkan dia takut meninggal pada saat panik tersebut. Dia
tidak membatasi kegiatannya karena kepanikan ini, namun dia menghindari
kegiatan yang dapat merangsang peningkatan denyut jantung seperti latihan
fisik, dan dia tidak melakukan pengalihan untuk mengatasinya. Kekhawatiran lain
di luar kepanikan dipusatkan pada masa depan anak-anaknya,kesehatannya,
penuaan, dalam menyelesaikan kegiatan rumah tangga, kinerja dalam kursusyang
sedang berlangsung, dan ketika berinteraksi dengan anak-anaknya di depan orang lain.Ms
X membantah adanya riwayat penyalahgunaan zat, masalah kesehatan fisik
(kecualipenyakit asma dan hipoglikemia, yang dapat dikendalikan dengan
pengobatan), atau masalah kejiwaan lain. Pada saat pengobatan, Ms X
teridentifikasi kekhawatiran dalam berbagai domain dalam hal gejala-gejala
fisik, seperti ketidakmampuan untuk bersantai, gangguan tidur (insomnia dan
sering terbangun pada malam hari), lekas marah, dan tekanan dalam pernikahan
dan dalam hubungannya dengan anak-anaknya. Pengobatan sebelumnya untuk
kecemasan terdiri dari tiga sesi CBT sekitar 1 tahun yang lalu, yang dilaporkan
menghasilkan beberapa manfaat yang minimal, salah satunya dengan membaca buku
dapat untuk mengurangi kecemasan. Dalam pengobatan Ms X diobati dengan
Clonazepam, yang diambil dua kali sehari, dengan beberapa tambahan yang
digunakan untuk mengendalikan gejala kecemasan akut. Dia mempunyai riwayat 5
tahun percobaan berbagai pengobatan anxiolytic dengan efek yang umum.
Setelah
dilakukan assesment berupa wawancara diagnostik terstruktur, Ms Xmemenuhi
kriteria diagnostik untuk gangguan panik tanpa agoraphobia dan gangguan
kecemasan umum. Ms X berada pada skala 80, jika direntangkan dalam skala 1
(sama sekali tidak takut) sampai 100 (sangat merasa takut). Kepanikan dan rasa
takut ini melemahkan Ms X. Ms X mengungkapkan kekhawatiran terus-menerus dipicu
oleh peristiwa sehari-hari, termasuk ketidakpatuhan anak-anaknya dan suami
dalam pelaksanaan tugas-tugas rumah tangga, kegagalan untuk menyelesaikan
pekerjaannya, mengurus sekolah anak-anaknya dan Ms X sempat merasakan kecemasan
yang berlebihan pada saat akan wawancara kerja. Ms X menyadari bahwa masalahnya
ini menggangu dalam hubungan dengan keluarganya namun subjek tidak mengurangi
perilaku ini karena takut kehilangan kontrol sepenuhnya dari keluarganya,
sehingga Ms X justru mengintensifkan perilaku ini. Terlepas dari pemenuhan umum
yang berlaku dirinya dengan pekerjaan rumah, Ms X gagal mengungkapkan atau
menunjukkan penurunan yang signifikan dalam kekhawatiran umum.
Didalam
proses terapinya Ms X cenderung lebih argumentativeness, sering menggunakan
kata-kaya ya, tapi, tidak bisa. Ms X mengakui sudah berusaha untuk mengatakan
hal-hal positif namun tidak dapat menemukan hal yang membantu. Ms X berpikir
bahwa pengobatan tidak akan berhasil untuk dirinya. Saat konsultasi pun Ms X
merasa tegang dan argumentatif bersama konselornya.
Case Analysis
Berdasarkan
kasus diatas jika dianalisis berdasarkan ciri abnormalnya adalah:
1.
Disfungsi Psikologis
a. Aspek kognitif
Pikiran
X terhadap rasa kepanikan dan kecemasannya ini membuat pikiran X melemahkan
dirinya, X menjadi takut melakukan kegiatan karena dia berpikir takut mengalami
serangan jantung atau bahkan mengalami kematian jika periode kepanikannya
sedang berlangsung. Dan subjek berpikir bahwa pengobatan pun tidak akan bisa
menyembuhkan dirinya.
b. Aspek afektif
Kepanikan
dan kecemasan yang dialami X membuat hubungan X dengan keluarganya tidak
berjalan baik, X merasa tidak mampu menjalankan perannya secara baik didalam keluarga.
c. Aspek psikomotorik
Karena
kepanikannya dan perasaan cemas yang dirasakan oleh X, X menjadi membatasi
dirinya dalam kegiatan yang berhubungan dengan latihan fisik dan yang
berhubungan dengan pacuan jantung.
2.
Distres
a. Fisik
Subjek
menghindari aktifitas yang melibatkan fisik selain itu subjek sering kali
mengalami sulit untuk istirahat dan bersantai, mengalami gangguan tidur berupa
insomnia dan sering terbangun ditengah malam.
b. Psikologis
X
merasa tidak mampu menjalankan perannya dengan baik didalam rumah tangga,
hubungan dirinya dengan keluarganya pun dirasa terganggu karena masalahnya ini.
X merasa selalu tidak mampu untuk merubah dirinya, walaupun dia sudah selalu
berusaha namun itu tidak membantu dirinya. X sempat tidak mau merubah
perilakunya ini karena takut kehilangan perhatian sepenuhnya dari keluarganya.
3. Respon Atipikal
Respon
yang datang dari keluarganya, berupa tekanan dalam hubungan rumah tangga X dan
juga hubungan dengan anak-anak X yang terlihat menjadi kurang baik karena
perilaku X yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri.
Referensi
Westra,
Phoenix. Motivational Enhancement Therapy in Two Cases of Anxiety Disorder New
Responses to Treatment Refractoriness. London Health Sciences Centre, London,
Ontario.
makasih ya kka permudah tugas saya
BalasHapus