Senin, 27 Februari 2012

Ryan Pembunuh Berdarah Dingin Dari Jombang

Sejauh yang diketahui saat ini, telah ditemukan 11 korban pembunuhan yang dilakukan Ryan dengan berbagai motif (dari masalah asmara hingga masalah ekonomi). Sebagian jenazah korban ditemukan setelah dilakukan penggalian di halaman belakang rumah Ryan. Selain itu, ada juga korban yang dimutilasi oleh Ryan. Korban-korban tersebut dibunuh oleh Ryan sepanjang tahun 2006 hingga 2008.
Cemburu dan Tamak Harta
Cemburu, sakit hati, dan ingin mengusai harta, melatarbelakangi pembantaian sadis oleh seorang gay terhadap teman bercintanya Ir. Heri Santoso, 40. Untuk menghilangkan jejak, pelaku memotong tubuh korban menjadi tujuh bagian kemudian dibuang di kawasan Raguan, Jakarta Selatan.
Siap Dihukum Mati
Dalam wawancara khusus dengan Detektif Conan, tersangka Ryan yang menjadi eksekutor mutilasi tubuh Heri Santoso, lebih banyak murung. Pakaian yang dikenakannya mulai kotor dan lusuh. Ia mengaku menyesal melakukan pembunuhan. “Saya siap dihukum mati. Saya membunuh Heri Santoso karena cemburu dan sakit hati. Dia berniat merebut Noval dari tangan saya. Padahal dia tahu, Noval itu pacar saya “ kata Ryan.
Di desa kelahiran Ryan, tak banyak warga yang tahu persis sosok pria berusia 30 tahun itu. Warga Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang, Jawa Timur, hanya tahu sedikit tentang pria bernama asli Verry ldham Henyaksyah yang akrab mereka sapa Yansyah tersebut.
Perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. Dia lebih banyak menekuni kegiatan perempuan seperti menari dan berdandan. Di sekolah Ryan dikenal lebih dekat dan lebih banyak berteman dengan perempuan, dia juga banyak terlibat kegiatan kesenian, terutama menari. Namun demikian Ryan dikenal cerdas, cekatan, dan pandai bergaul.
Semasa SMA, Ryan tergolong murid yang pintar. Selepas SMA, Ryan mengajar anak-anak di Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Ar-Rohman di desanya. Di TPQ itu, Ryan merupakan guru favorit karena tidak pernah memarahi murid-muridnya.
Beberapa warga Jatiwates yang seumuran Ryan mengaku kenal Ryan namun tidak akrab. "Anaknya itu termasuk pintar, bahkan sejak SMP sudah kelihatan pintarnya. Makanya dulu ia diterima di SMA Negeri 2 Jombang. Meski satu kampung, saya kurang akrab," kata Muhadi, warga setempat.
Ryan dan keluarganya tinggal di sebuah rumah di Dusun Maijo. Bagian depan rumah tersebut digunakan untuk toko pakaian yang dikelola Ny Siyatun (50), ibu Ryan.
Warga juga mengatakan bahwa orangtua Ryan, pasangan Akhmad-Siyatun, jarang bergaul dengan tetangga. Rumah keluarga Akhmad yang berpekarangan luas ada di tengah-tengah ladang pisang dan bambu. Sisi kanan dan kiri merupakan perkarangan tetangga sedangkan yang di belakang merupakan kebun milik Akhmad.
Pekarangan rumah Akhmad dengan kebun, pisang di sisi kirinya, milik Giyanto (45), dibatasi pagar tembok setinggi sekitar 2 meter. Menurut para tetangga, setiap hari, hampir sepanjang hari rumah Akhmad selalu dalam keadaan tertutup. Warga pun tak tahu apa yang terjadi di dalam rumah itu.
Giyanto mengaku tidak akrab dengan Ryan maupun orangtua Ryan. "Orangnya (Ryan) sih kelihatannya baik, sopan, dan sangat ganteng. Kulitnya putih bersih," katanya.
Sejumlah warga menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir keluarga Ryan bermusuhan dengan sebagian besar warga dusun. Pasalnya, keluarga Ryan merupakan pendukung Solichan, Kepala Dusun Maijo, yang merupakan sepupu Ny Siyatun. Padahal, sebagian besar warga dusun tersebut memusuhi Solichan.
Menurut warga, Ryan sering pergi berhari-hari. Namun warga tidak tahu persis pekerjaan Ryan. Mereka hanya tahu bahwa Ryan adalah instruktur senam dan fitness di sebuah pusat kebugaran di pusat kota Jombang, sekitar setengah jam perjalanan dengan sepeda motor dari Dusun Maijo.
Sejak remaja, Ryan lebih akrab dengan pemuda desa sebelah, yakni Desa Sentul. Ryan yang memiliki tinggi badan sekitar 170 cm sering ikut latihan voli di desa tersebut. Menurut Giyanto, selepas SMA, Ryan juga masih akrab dengan warga Desa Sentul.
Susanto (42), warga setempat, mengatakan Ryan adalah pemuda pendiam. "Meskipun badannya atletis, bicaranya kalem, tidak seperti laki-laki pada umumnya," katanya. Satu-satunya warga Dusun Maijo yang akrab dengan Ryan adalah Irsyad (30), yang tinggal sekitar 50 meter dari rumah Ryan. Menurut Irsyad, dirinya dan Ryan akrab sejak tahun 2002 saat sama-sama mulai mengajar di TPQ Ar-Rohman.
Putri, mantan murid TPQ Ar-Rohman, mengatakan Ryan adalah guru mengaji yang baik dan menyenangkan. "Mas Yansah tidak pernah memarahi kami. Kalau ada murid yang bikin gaduh, paling-paling dia hanya mengingatkan agar segera diam," katanya.
Para murid TPQ itu juga menilai, pelajaran yang disampaikan Ryan lebih gampang diserap daripada pelajaran yang disampatkan guru-guru yang lain. "Cara menerangkannya pelan dan jelas," kata Wawan yang menjadi murid Ryan pada tahun 2006 saat is masih kelas V SD. )
Di Jakarta, ia merasa lebih diterima dan bertemu dengan kalangan homoseks dari kalangan menengah ke atas. Di ibukota Ryan kerap berpindah-pindah tempat tinggal. Ia pernah tinggal di beberapa kamar kos atau kamar apartemen dengan harga sewa tinggi. Apartemen tempat Ryan membunuh dan memutilasi Heri Santoso adalah apartemen bertipe studio (hanya satu ruangan) dengan harga sewa Rp. 1 juta per bulan. Sebelumnya ia bahkan pernah tinggal di tempat kos dengan harga sewa Rp. 2,6 juta per bulannya.
Berdasarkan hasil tes psikologinya. Beberapa indikator gangguan kepribadian dissosial antara lain:
1. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
2. Sikap yang amat tidak bertanggungjawab dan berlangsung terus menerus, tidak peduli terhadap norma, peraturan, dan kewajiban sosial.
3. Tidak mampu memelihara sesuatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya.
4. Toleransi terhadap frustrasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindak kekerasan.
5. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman.
6. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat.
Untuk diagnosis, setidaknya dibutuhkan 3 dari 6 indikator di atas terpenuhi.
Berdasarkan cerita bapaknya, Ryan sering sekali tidak mampu mengendalikan emosinya. Pernah melempar Bapaknya dengan sandal, juga pernah menamparnya. Pernah pula melempar ibunya dengan gelas, membuang nasi yang baru dimasak ibunya, karena belum tersedia lauk ketika ia hendak makan. Pernah mengejar-ngejar ibunya dengan membawa pisau (senjata tajam).
Media juga menayangkan berita yang memuat hasil tes psikologi Ryan. Berdasarkan hasil tes,
1. Ryan melakukan aksinya dengan penuh kesadaran, dan menyadari konsekwensi dari perbuatannya.
2. Ryan mengalami disorientasi seksual
3. Ryan memiliki pribadi emosional dan dissosial
Di dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), penggabungan perkara pidana bisa dilakukan pada satu wilayah hukum jika terdakwanya sama. Karena, jika Pengadilan Negeri Depok memvonis dengan hukuman maksimum (hukuman mati) atas kasus mutilasi, tak mungkin Pengadilan Jombang melakukan vonis sama.
Kepada wartawan, Ryan mengaku ingin seluruh kasusnya digabung agar proses hukum cepat selesai. "Saya tidak mau sidang dua kali, lagipula saya tak bisa beradaptasi dengan suasana baru," ujar Ryan.
Sumber:
Christian, Charles. 2008. Ryan Psikopat Pembunuh Berdarah Dingin. (online), (http://charleschristian.wordpress.com).
Gruraba. 2008. Ryan Abnormal. (online), (http://sighuraba.wordpress.com/2008/08/01ryan-abnormal).
Berikut tiga ciri-ciri gangguan abnormalitas (sumber: Maslim, Rusdi, SpKJ, Dr. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa-Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta: PT Nuh Jaya)
1. Disfungsi Psikologis: menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan; integrasi aspek kognitif,afektif,konatif/psikomotorik.
2. Distres; Impairment (Hendaya) → menunjukkan pada keadaan “merusak” dirinya baik secara fisik or psikologis.
3. Respon Atipikal (Secara Kultural Tidak Diharapkan) → Reaksi yang TIDAK sesuai dengan keadaan sosio kultural yang berlaku.
Hasil Analisis
1. Dari aspek disfungsi psikologisnya:
Kognitif: Ryan berpikir bahwa dengan membunuh dan memutilasi korban-korbannya seluruh dendamnya terbalaskan.
Afektif: Karena merasa bahwa perasaan cintanya yang cemburu terhadap pacarnya dan juga karena keinginan untuk menguasai harta yang tidak terpenuhi. Membuat Ryan merasa sakit hati dan dendam amat mendalam terhadap korban-korbannya tersebut. Sesuai dengan hasil tes psikologinya bahwa Ryan tidak peduli dengan apa yang sudah ia lakukan. Ia juga tidak peduli dengan norma dan nilai-nilai dalam masyarakat dan agama yang sudah dilanggarnya. Walaupun begitu Ryan juga menyesali perbuatannya dan siap untuk dihukum mati.
Konatif: Dengan agresifitas yang tinggi Ryan membunuh dan memutilasi korban-korbannya tersebut. Seperti yang dikatakan oleh bapaknya Ryan juga pernah sering sekali tidak mampu mengendalikan emosinya. Pernah melempar Bapaknya dengan sandal, juga pernah menamparnya. Pernah pula melempar ibunya dengan gelas, membuang nasi yang baru dimasak ibunya, karena belum tersedia lauk ketika ia hendak makan. Pernah mengejar-ngejar ibunya dengan membawa pisau (senjata tajam).
2. Distres; Impairment (Hendaya)
Selama ia di penjara ia mengakui ia kurang bisa menyesuaikan diri sehingga ia meminta sidangnya dipercepat dan Ryan juga mengakui bahwa ia siap dengan hukuman mati.
3. Reaksi Atipikal
Semasa di kampungnya Ryan terkenal dengan perilakunya yang baik, pintar dan pendiam. Ia juga sempat menjadi guru ngaji di kampungnya. Tetapi lama-kelamaan ia merasa terkucilkan di kampungnya, karena dengan perilaku guy. Oleh sebab itu ia pindah ke Jakarta. Di Jakarta, ia merasa lebih diterima dan bertemu dengan kalangan homoseks dari kalangan menengah ke atas. Sehingga membuat ia lebih percaya diri. Orang tuanya pun tidak mengetahui bahwa Ryan mengalami kelainan seksual. Sampai akhirnya dia membunuh pun orang tuanya dan warga-warga disekitar kampungnya tidak percaya akan perbuatan sadis yang Ryan lakukan. Di ibukota Ryan kerap berpindah-pindah tempat tinggal. Ia pernah tinggal di beberapa kamar kos atau kamar apartemen dengan harga sewa tinggi. Apartemen tempat Ryan membunuh dan memutilasi Heri Santoso adalah apartemen bertipe studio (hanya satu ruangan) dengan harga sewa Rp. 1 juta per bulan. Sebelumnya ia bahkan pernah tinggal di tempat kos dengan harga sewa Rp. 2,6 juta per bulannya.

Dari hasil analisis, menurut saya Ryan mengalami gangguan Abnormal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar